Selasa, 02 April 2013

Campak Jerman

Campak Jerman(Rubella)

Campak Jerman atau campak 3 hari diberi nama Rubella dalam dunia medis. Jangan bingung, Bu-Pak, namanya memang mirip dengan campak (rubeola). Rubella adalah penyakit infeksi virus menular yang
menyebabkan gejala ringan seperti nyeri sendi dan sebuah ruam.
Penularannya terutama karena menghirup butiran halus air ludah (droplet) yang dibatukkan oleh penderita. Itulah mengapa, kontak yang dekat dengan penderita bisa menyebabkan penularan. Penderita bisa
menularkan penyakit mulai satu minggu sebelum muncul ruam sampai satu minggu sesudah ruam menghilang.

Penyakit ini harus diwaspadai terutama pada wanita hamil. Seorang wanita yang terinfeksi pada kehamilan 16 minggu pertama (terutama 8-10 minggu) bisa mengalami keguguran, melahirkan bayinya yang sudah mati
di kandungan, atau bayinya menderita cacat bawaan. Namun demikian, orang yang pernah terinfeksi campak Jerman akan mendapat kekebalan seumur hidup.

KENALI GEJALA

Gejala dimulai 14-21 hari sesudah terinfeksi. Pada anak-anak keluhan muncul setelah 1-5 hari terasa tak enak badan, pembesaran kelenjar getah bening di leher dan belakang kepala, serta nyeri sendi. Gejala
awal ini sangat ringan dan biasanya tak terjadi pada remaja dan dewasa. Kemudian muncul ruam yang akan menghilang dalam 3 hari. Ruam ini mulai di muka dan leher, kemudian menyebar dengan cepat ke seluruh
tubuh. Bersamaan dengan kemunculan ruam, kulit tampak agak kemerahan, terutama di wajah. Bintik-bintik merah muncul di langit-langit mulut yang kemudian meluas menjadi satu dan melebar sampai ke bagian
belakang mulut.

Kadang penyakit ini sangat ringan hingga tak terdiagnosa. Bila diperlukan, terutama pada kehamilan, bisa dilakukan pemeriksaan kadar antibodi terhadap virus rubella dalam darah.

Hampir semua penderita campak Jerman akan sembuh dengan sempurna. Pria remaja atau dewasa bisa mengalami nyeri pada testis yang menghilang setelah penyakitnya sembuh. Kadang terjadi komplikasi infeksi telinga tengah atau radang otak. Untuk mencegah penyakit ini dapat diberikan imunisasi MMR (Mumps-Measles-Rubella) yang biasanya diberikan pada anak usia 12-18 bulan.

JANGAN ANGGAP ENTENG CAMPAK

Campak hanya akan menulari sekali dalam seumur hidup. Bisa terjadi pada anak-anak yang masih kecil maupun yang sudah besar. Bila daya tahan tubuh kuat, bisa saja anak tidak terkena campak sama sekali.

“Hati-hati, lo, sekarang musim tampek. Kemarin saja anak tetangga saya kena. Sekarang anak saya ketularan. Di seluruh tubuhnya timbul bercak-bercak merah dan badannya panas sekali,” begitu peringatan
seorang ibu kepada teman-temannya. Apa sih yang dimaksud dengan tampek itu? Dijawab oleh dr. Asti Praborini, SpA., yang akrab disapa Rini, tampek tak lain adalah campak.

“Tampek merupakan bahasa Jawa namun istilah Indonesianya adalah campak. Sedangkan orang dari Irian menyebutnya serampah. Dalam bahasa latin disebut sebagai morbili atau rubeolla. Sementara dalam bahasa
Inggris, measles,” tutur spesialis anak dari RS MH Thamrin Internasional, Jakarta ini.

PENYEBAB CAMPAK

Penyebab penyakit campak adalah virus campak atau morbili. Pada awalnya, gejala campak agak sulit dideteksi. Namun, secara garis besar penyakit campak bisa dibagi menjadi 3 fase. Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari. Pada fase ini, anak sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak gejala apa pun. Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak belum keluar.
Pada fase kedua (fase prodormal) barulah timbul gejala yang mirip penyakit flu, seperti batuk, pilek, dan demam. Mata tampak kemerah-merahan dan berair. Bila melihat sesuatu, mata akan silau (photo phobia). Di sebelah dalam mulutmuncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Terkadang anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5 derajat Celcius.

Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam tinggi yang terjadi. Namun, bercak tak langsung muncul di seluruh tubuh, melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari belakang
kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Warnanya pun khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.

Bercak-bercak merah ini dalam bahasa kedokterannya disebut makulopapuler. Biasanya bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu minggu. Namun, ini pun tergantung padadaya tahan tubuh masing-masing anak. Bila daya tahan tubuhnya baik maka bercak merahnya tak terlalu menyebar dan tak terlalu penuh. Umumnya jika bercak merahnya sudah keluar, demam akan turun dengan sendirinya. Bercak
merah pun makin lama menjadi kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi), lalu rontok atau sembuh dengan sendirinya. Periode ini merupakan masa penyembuhan yang butuh waktu sampai 2 minggu.

CARA PENULARAN

Yang patut diwaspadai, penularan penyakit campak berlangsung sangat cepat melalui perantara udara atau semburan ludah (droplet) yang terisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi pada masa fase
kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul. Sayangnya, masih ada anggapan yang salah dalam masyarakat akan penyakit campak.
Misalnya, bila satu anggota keluarga terkena campak, maka anggota keluarga lain sengaja ditulari agar sekalian repot. Alasannya, bukankah campak hanya terjadi sekali seumur hidup? Jadi kalau waktu kecil sudah pernah campak, setelah itu akan aman selamanya. Ini jelas pendapat yang tidak benar karena penyakit bukanlah untuk ditularkan.
Apalagi dampak campak cukup berbahaya.

Anggapan lain yang patut diluruskan, yaitu bahwa bercak merah pada campak harus keluar semua karena kalau tidak malah akan membahayakan penderita. Yang benar, justru jumlah bercak menandakan ringan-beratnya campak. Semakin banyak jumlahnya berarti semakin berat penyakitnya.
Dokter justru akan mengusahakan agar campak pada anak tidak menjadi semakin parah atau bercak merahnya tidak sampai muncul di sekujur tubuh.

Selain itu, masih banyak orang tua yang memperlakukan anak campak secara salah. Salah satunya, anak tidak dimandikan. Dikhawatirkan, keringat yang melekat pada tubuh anak menimbulkan rasa lengket dan
gatal yang mendorongnya menggaruk kulit dengan tangan yang tidak bersih sehingga terjadi infeksi berupa bisul-bisul kecil bernanah.
Sebaliknya, dengan mandi anak akan merasa nyaman.

PENGOBATAN GEJALA

Pengobatan campak dilakukan dengan mengobati gejala yang timbul. Demam yang terjadi akan ditangani dengan obat penurun demam. Jika anak mengalami diare maka diberi obat untuk mengatasi diarenya. Batuk akan diatasi dengan mengobati batuknya. Dokter pun akan menyiapkan obat antikejang bila anak punya bakat kejang.

Intinya, segala gejala yang muncul harus diobati karena jika tidak, maka campak bisa berbahaya. Dampaknya bisa bermacam-macam, bahkan bisa terjadi komplikasi. Perlu diketahui, penyakit campak dikategorikan sebagai penyakit campak ringan dan yang berat. Disebut ringan, bila setelah 1-2 hari pengobatan, gejala-gejala yang timbul membaik.
Disebut berat bila pengobatan yang diberikan sudah tak mempan karena mungkin sudah ada komplikasi.

Komplikasi dapat terjadi karena virus campak menyebar melalui aliran
darah ke jaringan tubuh lainnya. Yang paling sering menimbulkan
kematian pada anak adalah kompilkasi radang paru-paru (broncho
pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Komplikasi ini bisa terjadi
cepat selama berlangsung penyakitnya.

Gejala ensefalitis yaitu kejang satu kali atau berulang, kesadaran
anak menurun, dan panasnya susah turun karena sudah terjadi infeksi
“tumpangan” yang sampai ke otak. Lain halnya, komplikasi radang
paru-paru ditandai dengan batuk berdahak, pilek, dan sesak napas.
Jadi, kematian yang ditimbulkan biasanya bukan karena penyakit campak
itu sendiri, melainkan karena komplikasi. Umumnya campak yang berat
terjadi pada anak yang kurang gizi.

PENANGANAN YANG BENAR

Inilah yang dianjurkan Rini:

* Bila campaknya ringan, anak cukup dirawat di rumah. Kalau campaknya
berat atau sampai terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit.

* Anak campak perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan
penyakitnya kepada yang lain. Apalagi bila ada bayi di rumah yang
belum mendapat imunisasi campak.

* Beri penderita asupan makanan bergizi seimbang dan cukup untuk
meningkatkan daya tahan tubuhnya. Makanannya harus mudah dicerna,
karena anak campak rentan terjangkit infeksi lain, seperti radang
tenggorokan, flu, atau lainnya. Masa rentan ini masih berlangsung
sebulan setelah sembuh karena daya tahan tubuh penderita yang masih lemah.

* Lakukan pengobatan yang tepat dengan berkonsultasi pada dokter.

* Jaga kebersihan tubuh anak dengan tetap memandikannya.

* Anak perlu beristirahat yang cukup.

PENTINGNYA IMUNISASI CAMPAK

Semua penyakit yang disebabkan virus bersifat endemis. Artinya bisa
muncul kapan saja sepanjang tahun, tidak mengenal musim. Oleh karena
itu, menurut Rini, campak pada anak perlu dicegah dengan imunisasi.
Apalagi campak banyak menyerang anak usia balita. Seharusnya, vaksin
campak tak memiliki efek samping, tapi karena vaksin dibuat dari virus
yang dilemahkan, maka bisa saja satu dari sekian juta virusnya
menimbulkan efek samping. Umpamanya, setelah diimunisasi campak, anak
jadi panas atau diare.

Sebenarnya bayi mendapatkan antibodi dari ibunya melalui plasenta saat
hamil. Namun, antibodi dari ibu pada tubuh bayi itu akan semakin
menurun pada usia kesembilan bulan. Lantaran itu, pemberian imunisasi
campak dilakukan di usia tersebut. Kemudian, karena tubuh bayi di
bawah 9 bulan belum bisa membentuk kekebalan tubuh dengan baik maka
pemberian vaksinasi campak diulang di usia 15 bulan dengan imunisasi
MMR (Measles, Mumps and Rubella). Dengan vaksinasi ini diharapkan
bilapun anak terkena campak, maka dampaknya tidak sampai berat atau
fatal karena tubuh sudah memiliki antibodinya.

Hanya saja, karena saat ini terdapat kecurigaan bahwa bahan pengawet
pada vaksin MMR dapat memicu autisme, akhirnya pemberian imunisasi
campak tidak diulang. Menurut Rini, kekhawatiran itu tidak perlu ada
lagi jika anak sudah mencapai usia tiga tahun dan mengalami proses
tumbuh kembang yang normal. “Sebaiknya anak divaksinasi saja. Boleh
ditunda tapi jangan sampai ditiadakan. Sampai besar pun masih bisa
divaksinasi. Lebih baik mencegah daripada mengobati.”

BEDANYA DENGAN CAMPAK JERMAN

Campak Jerman atau rubela berbeda dari campak biasa. Pada anak, campak
jerman jarang terjadi dan dampaknya tak sampai fatal. “Kalaupun ada
biasanya terjadi pada anak yang lebih besar, sekitar usia 5 sampai 14
tahun,” kata Rini.

Gejalanya hampir sama dengan campak biasa, seperti flu, batuk, pilek
dan demam tinggi. Namun, bercak merah yang timbul tidak akan sampai
terlalu parah dan cepat menghilang dalam waktu 3 hari. Nafsu makan
penderita juga biasanya menurun karena terjadi pembengkakan limpa.

Yang perlu dikhawatirkan jika campak jerman ini menyerang wanita hamil
karena bisa menular pada janin melalui plasenta (ari-ari). Akibatnya,
anak yang dilahirkan akan mengalami sindrom rubela kongenital. Mata
bayi akan mengalami katarak begitu lahir, ada ketulian, dan ada
pengapuran di otak, sehingga anak bisa mengalami keterbelakangan
perkembangan.

Jadi, setiap anak perempuan sebaiknya mendapat vaksinasi rubela untuk
melindungi janinnya bila ia hamil kelak. Pada anak perempuan kekebalan
ini nantinya akan diturunkan kepada bayinya hingga berusia 9 bulan.
Rini pun memandang perlunya vaksinasi rubela pada pria, karena campak
jerman yang mungkin menjangkitinya bisa menulari sang istri yang
tengah hamil.
Dedeh Kurniasih.

LANGKAH EFEKTIF MENGATASI CAMPAK

Campak sebenarnya hadir sepanjang tahun tanpa musim. Walau tertular
hanya sekali, lakukan antisipasi agar anak tak sampai mengalami
komplikasi.

Penyakit campak atau yang lebih sering disebut tampek mudah sekali
menular. Virusnya bisa hidup dan menyebar lewat udara, “Karenanya
penyakit ini tetap mewabah sepanjang tahun di beberapa daerah,
terutama di pemukiman padat,” kata dr. Rudy Firmansyah, Sp.A, dari
RSAB Harapan Kita Jakarta.

Penyakit campak yang dalam bahasa asing disebut measles, disebabkan
oleh virus campak atau morbili. Virus ini terdapat di udara bebas.
Bila masuk ke dalam tubuh anak, terutama yang daya tahan tubuhnya
sedang lemah, maka sangat mungkin ia terjangkit campak. Sebaiknya jika
ada satu orang anak terkena campak, maka anak lain dianjurkan untuk
tidak berdekatan dengannya. Virusnya yang keluar melalui napas atau
semburan ludah (droplet) bisa terisap lewat hidung atau mulut dan akan
menulari anak lain.

Menurut Rudy, campak hanya terjadi sekali seumur hidup. Bila waktu
kecil anak sudah pernah terkena campak maka setelah itu biasanya dia
tidak akan terkena lagi. Namun, karena anggapan ini sudah terlalu
memasyarakat banyak orang tua yang sengaja menulari anaknya dengan
campak agar nantinya dia tidak terkena lagi. “Ini adalah tindakan yang
keliru,” komentar Rudy.

Justru sebaiknya setiap anak dibentengi dari penyakit ini dengan
imunisasi campak. Memang tidak dijamin 100%, tapi kalaupun sampai
terjangkit virus campak, maka kondisinya tidak terlalu parah.
Imunisasi bisa dilakukan dua kali. Pertama di usia 9 bulan, usia ini
dipilih karena antibodi bayi yang berasal dari ibunya lewat plasenta
sudah semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat
imunisasi. Agar kekebalan tubuh anak semakin baik maka pemberian
vaksinasi campak diulang di usia 15 bulan dengan imunisasi MMR
(Measles, Mumps and Rubella). Berikutnya, imunisasi campak dilakukan
ketika anak berusia 6 tahun. Mengapa perlu dicegah? Karena campak bisa
menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal.

4 FASE CAMPAK DAN PENANGANANNYA

Agar serangan campak tidak menjadi terlalu berat, kita bisa melakukan
hal-hal berikut berdasarkan fase-fasenya:

- Masa Inkubasi

Fase inkubasi berlangsung sekitar 10-12 hari. Di fase ini agak sulit
mendeteksi infeksinya karena gejalanya masih bersifat umum bahkan
tidak terlihat sama sekali. Mungkin beberapa anak mengalami demam
tetapi umumnya anak tidak merasakan perubahan apa-apa. Bercak-bercak
merah yang merupakan ciri khas campak pun belum keluar.

Yang perlu dilakukan:

Jagalah keseimbangan gizi anak dengan baik agar daya tahan tubuhnya
tetap tinggi. Misalnya dengan makan sayur, buah, serta menjaga
kebugaran tubuhnya. Bila memang nantinya campak benar-benar menyerang
kemungkinan terjadinya tidak akan terlalu parah.

- Fase Prodormal

Adalah fase dimana gejala penyakit sudah mulai timbul seperti flu,
batuk, pilek, dan demam. Mata anak pun akan tampak kemerah-merahan dan
berair. Tak hanya itu, anak tidak bisa melihat dengan jelas ke arah
cahaya karena merasa silau (photo phobia). Ciri lain, di sebelah dalam
mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa
anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi
yang turun naik, berkisar 38-40,5° C. Di fase kedua bercak merah belum
muncul.

Yang perlu dilakukan:

Segeralah memeriksakan anak ke dokter ketika flu, batuk, pilek, dan
demam mulai muncul. Jangan sampai menunggu munculnya bercak-bercak
merah karena anak butuh pertolongan secepatnya. Tindakan cepat sangat
membantu untuk mengantisipasi beratnya penyakit.

- Fase Makulopapuler

Fase makulopapuler yakni keluarnya bercak merah yang sering diiringi
demam tinggi antara 38-40,5°C. Awalnya, bercak ini hanya muncul di
beberapa bagian tubuh saja, biasanya di belakang kuping, leher, dada,
muka, tangan dan kaki. Untuk membedakan dengan penyakit lain, umumnya
warna bercak campak akan sangat khas; merah dengan ukuran yang tidak
terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.

Biasanya, bercak merah akan memenuhi seluruh tubuh dalam waktu satu
minggu meskipun hal ini tergantung pula pada daya tahan tubuh
masing-masing anak. Pada anak yang memiliki daya tahan tubuh baik
umumnya bercak merahnya hanya pada beberapa bagian saja. Tetapi pada
anak yang memiliki daya tahan tubuh lemah, bercak merahnya akan
semakin banyak. Hal ini juga menunjukkan kalau campak yang diderita
anak termasuk berat.

Yang perlu dilakukan:

Tetaplah mengonsultasikan segala sesuatunya pada dokter. Biasanya
dokter akan mengusahakan agar bercak merah pada anak tidak sampai
muncul di sekujur tubuh. Bila memang sekujur tubuhnya dipenuhi bercak,
ini berarti campaknya cukup berat. Apalagi jika sudah muncul gejala
komplikasi, maka konsultasikanlah ke dokter apakah anak perlu dirawat
atau tidak.

Sebagian masyarakat beranggapan bahwa semakin banyak bercak merah yang
tampak semakin bagus karena berarti anak akan cepat sembuh. Pendapat
ini keliru karena kita sebenarnya dituntut untuk lebih waspada. Tetapi
bila diagnosis sudah ditegakkan, dan tak ada komplikasi, anak cukup
dirawat di rumah.

- Fase Penyembuhan

Bila bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan
sendirinya. Selanjutnya bercak merah akan berubah menjadi kehitaman
dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan
mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya,
dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari
sisa-sisa campak.

Yang perlu dilakukan:

Tetap berikan obat yang sudah diberikan oleh dokter sambil menjaga
asupan makanan bergizi seimbang dan istirahat yang teratur. Jangan
pernah beranggapan kalau bercak merah sudah berkurang dan gejalanya
sudah hilang berarti virus campaknya sudah musnah. Kita tetap perlu
melanjutkan pengobatan sampai anak benar-benar sembuh.

HAL LAIN YANG PERLU DIPERHATIKAN

* Jangan melakukan pengobatan menurut aturan sendiri tetapi harus
berdasarkan petunjuk dokter. Bila memang harus mengonsumsi obat 3 kali
sehari maka harus dilakukan dengan baik. Bila ada gejala lain yang
timbul, misalnya kejang-kejang atau sesak napas, segeralah
berkonsultasi pada dokter.

* Sebaiknya berikan makanan yang mudah dicerna seperti bubur nasi. Hal
ini untuk menghindari terjangkitnya infeksi lain, seperti radang
tenggorokan, flu, atau lainnya. Dianjurkan untuk memberikan makanan
yang mudah dicerna selama sebulan kemudian sampai kondisinya
benar-benar pulih.

* Karena mudah menular lewat udara, sebaiknya anak campak dirawat di
kamar sendiri agar tidak menularkan penyakitnya. Namun perlu diingat,
jangan sampai terkesan kalau anak diisolasi, berikan mainan yang dapat
menghibur agar dia tidak bosan.

* Setiap anak yang sedang sakit butuh istirahat yang cukup. Anak
campak pun demikian, berikan waktu beristirahat secara maksimal.

* Jangan biarkan bayi yang belum mendapat imunisasi campak berdekatan
dengan penderita campak sampai penyakitnya benar-benar sembuh. Sangat
mungkin virus campak akan menulari bayi.

* Jaga tubuh anak agar tetap bersih sehingga dia tetap merasa nyaman.
Boleh saja anak dimandikan atau dilap seluruh tubuhnya. Pendapat yang
mengatakan kalau anak campak tidak boleh dimandikan adalah keliru
karena bila tubuhnya kotor dan berkeringat akan menimbulkan rasa
lengket dan gatal luar biasa. Dorongan menggaruk kulit yang gatal bisa
menimbulkan infeksi berupa bisul-bisul kecil bernanah. Gunakan sabun
bayi yang tak terlalu merangsang kulit dan gosoklah kulitnya perlahan.
Sehabis mandi, keringkan dan taburi dengan bedak salycyl talc.

* Selama anak sakit dan dalam pemulihan sebaiknya kita memisahkan
peralatan makan dan mandinya, seperti piring, gelas, sendok, handuk,
sprai dan pakaiannya. Hal ini untuk menghindari terjadinya penularan
lewat kontak tak langsung.

PENGOBATAN SECARA SIMPTOMATIS

Rudy menjelaskan, pengobatan campak hanya bersifat simptomatis, yakni
mengobati gejalanya saja. Misalnya, bila muncul demam maka yang
diobati adalah gejala demamnya. Bila mengalami batuk maka obat batuk
digunakan untuk meringankan batuknya. Demikian pula bila anak diare
maka dokter akan memberikan obat antidiare. Pada beberapa anak yang
berbakat kejang, gejala ini bisa timbul sehingga dokter akan
menyiapkan obat antikejang. Sementara hingga saat ini, kata Rudy,
belum ditemukan obat yang bisa langsung mengatasi virus campak tersebut.

Pengobatan gejala sangat penting dilakukan karena bila tidak ditangani
dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa saja terjadi komplikasi
terutama pada campak yang berat. Ciri-ciri campak berat, selain
bercaknya di sekujur tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati
selama 1-2 hari. Sebaliknya, bila selama 1-2 hari pengobatan gejalanya
sudah membaik, umumnya anak hanya menderita campak ringan.

Komplikasi yang terjadi biasanya berupa radang paru-paru (broncho
pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Hal ini terjadi karena virus
campak dapat menyebar melalui aliran darah ke jaringan tubuh lainnya.
Komplikasi inilah yang umumnya paling sering menimbulkan kematian pada
anak.

Untuk mengetahui apakah sudah terjadi komplikasi atau tidak biasanya
ditunjukkan dengan tanda-tanda khas. Bila sudah terjadi ensefalitis
biasanya terjadi kejang satu kali atau berulang, kesadaran anak
menurun, dan suhu tubuhnya tinggi atau susah turun karena infeksinya
sudah sampai ke otak.

Sedangkan radang paru-paru ditunjukkan dengan gejala batuk berdahak,
pilek, dan sesak napas. Boleh dikatakan, kematian bukan ditimbulkan
karena campak itu sendiri melainkan komplikasi yang terjadi. Umumnya
hal ini akan terjadi pada anak yang kurang gizi dan memiliki daya
tahan tubuh lemah.

BERBEDA DARI CAMPAK JERMAN

Campak biasa, kata Rudy, berbeda dari campak Jerman atau rubela.
Campak Jerman umumnya memiliki dampak lebih ringan dan tidak fatal.
Umumnya pun terjadi pada anak usia 5 sampai 14 tahun.

Memang gejalanya hampir sama dengan campak biasa, seperti flu, batuk,
pilek dan demam tinggi. Yang membedakan, bercak merah pada rubela
tidak timbul terlalu banyak dan tidak separah campak biasa, juga cepat
menghilang dalam waktu 3 hari. Gejala lain, umumnya nafsu makan anak
akan menurun karena terjadi pembengkakan pada limpa.

Justru kita harus lebih khawatir bila rubela menyerang wanita hamil
karena virusnya bisa menular pada janin melalui plasenta. Bila janin
tertular maka anak yang dilahirkan akan mengalami sindrom rubela
kongenital dengan kelainan-kelainan, misalnya mata bayi mengalami
katarak, tidak bisa mendengar, terjadi pengapuran di otak, juga banyak
terjadi anak-anak tumbuh dengan keterbelakangan perkembangan.

Rudy menekankan, setiap anak perempuan harus mendapat vaksinasi
rubela. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya rubela serta
melindungi janin yang dikandungnya kelak. Tak hanya pada perempuan,
vaksinasi rubela pun penting bagi kaum pria. Gunanya mencegah agar
tidak terserang rubela dan menulari sang istri yang mungkin tengah
hamil nanti.

http://keluargasehat.wordpress.com/category/campak/

0 komentar:

Posting Komentar