Senin, 16 Juli 2012

IMUNISASI PADA BAYI


Pemberian Imunisasi Pada Bayi



Pengertian
Imunologi ialah ilmu yang mempelajari molekul, sel, organ, dan sistem yang bertanggung jawab mengenali dan membuang benda asing (dari luar tubuh) serta cara tubuh manusia mempertahankan diri terhadap benda asing tersebut.


Imunisasi Bayi.
Ada dua jenis imunisasi bayi, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif dapat diperoleh melalui pajanan alami sebagai respon terhadap infeksi atau serangkaian infeksi alami atau didapat melalui suntikan antigen. Imunisasi aktif ini apabila telah diberikan akan bertahan selama bertahun-tahun (Bobak, 2005).

Pemberian Air Susu Ibu bisa membantu kekebalan tubuh bayi dari serangan penyakit yang berbahaya.
Imunisasi Wajib Program Pengembangan Imunisasi (PPI)

1)    Vaksin BCG
Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin BCG mengandung kuman BCG (Bacillus Calmette-Guerin) yang masih hidup. Jenis kuman TBC ini telah dilemahkan. Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan ketika bayi baru lahir sampai berumur 12 bulan, tetapi lebih baik pada umur 0-2 bulan. Imunisasi BCG cukup diberikan satu kali saja. Pada anak yang berusia lebih dari 2 bulan dianjurkan untuk uji Mantoux sebelum imunisasi BCG. Gunanya untuk mengetahui apakah ia telah terjangkit penyakit TBC. Dosis vaksin yang diberikan adalah 0.05 mL secara I.M pada muskulus deltoideus kanan atau pada paha kanan atas. Umumnya pada imunisasi BCG jarang dijumpai akibat samping. Mungkin terjadi pembengkakan kelanjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya menyembuh sendiri walaupun lambat (Markum A.H,1997)

 2)    Vaksin DPT (Difteria, Pertusis, Tetanus)
Manfaat pemberian imunisasi dpt ini ialah untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteria, pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Vaksin difteria terbuat dari toksin kuman difteria yang telah dilemahkan. Biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau dengan tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT. Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali, sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang waktu antara dua penyuntikan minimal 4 minggu. Imunisasi ulang pertama dilakukan pada usia 1.5 – 2 tahun atau kurang lebih satu tahun setelah suntikan imunisasi ketiga. Dosis pemberian vaksin yakni 0.5 mL secara I.M. Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan rasa nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari. Kadang-kadang terdapat efek samping yang lebih berat, seperti demam tinggi atau kejang, yang biasanya disebabkan oleh unsur pertusisnya. Bila hanya diberikan DT tidak akan menimbulkan akibat samping demikian (Markum A.H, 1997).

3)    Vaksin Poliomielitis atau Imunisasi Polio
Imunisasi Polio diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit polimielitis. Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing mengandung virus polio tipe I,II,III.Imunisasi dasar diberikan sejak bayi baru lahir atau berumur beberapa hari, dan selanjutnya setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Dosis pemberian ialah 2 tetes (0.1 mL) per oral. Bila vaksin dimuntahkan oleh anak, maka perlu untuk diberikan ulang. Penderita polio tetap diberikan vaksin polio. Reaksi imunisasi polio biasanya tidak ada, mungkin pada bayi akan terdapat berak-berak ringan. Pada anak dengan diare berat atau sedang sakit parah, imunisasi polio sebaiknya ditangguhkan. Demikian pula dengan anak yang menderita gangguan kekebalan (defisiensi imun) tidak diberikan imunisasi polio (Markum A.H,1997).

4)    Vaksin Campak (Morbili)
Imunisasi campak diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit campak secara aktif. Vaksin campak mengandung virus campak hidup yang telah dilemahkan. Pada bayi baru lahir biasanya telah mendapat kekebalan pasif terhadap penyakit campak dari ibunya ketika dalam kandungan. Setelah bayi berusia 9 bulan baru diberikan vaksin sebanyak 1 kali.Dosis yang diberikan untuk imunisasi campak ini adalah 0.5 mL secara S.C atau I.M. Reaksi imunisasi campak biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi demam ringan dan tampak sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan. Mungkin pula terdapat pembengkakan pada tempat penyuntikan.

5)    Vaksin Hepatitis B
Vaksinasi atau Imunisasi Hepatitis B dimaksudkan untuk mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B. Vaksin terbuat dari bagian virus hepatitis B yang dinamakan HBsAg, yang dapat menimbulkan kekebalan tapi tidak menimbulkan penyakit.Imunisasi hepatitis B aktif dilakukan dengan cara pemberian suntikan dasar sebanyak 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan 1 dan 2, dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar. Reaksi imunisasi hepatitis B yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau pembengkakan. Reaksi ini akan menghilang dalam waktu 1-2 hari. Reaksi lain yang mungkin terjadi ialah demam ringan (Markum A.H,1997).

6)    Vaksin Kombinasi
Vaksin Kombinasi adalah gabungan beberapa jenis virus atau bakteri menjadi satu jenis produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda. Praktisnya, pemberian vaksin ini cukup dilakukan dalam satu suntikan saja. Vaksin kombo yang dianjurkan adalah vaksin yang telah mendapat persetujuan dari pemerintah masing-masing negara. Di Indonesia, vaksin ini harus mendapat izin dari Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan. Vaksin tertua yang ada adalah DPT (Difteri-Pertusis-Tetanus). Dari penggabungan vaksin atau Imunisasi  DPT yang terbukti aman ini. Kemudian timbul ide untuk menggabungkan beberapa vaksin lainnya. Maka jadilah penggabungan vaksin DPT dengan vaksin lain, berupa vaksin kombinasi. Misalnya saja, imunisasi DPT + imunisasi Hepatitis B, DPT + Hib (Haemophilus Influenzae tipe-B), dan sebagainya. Ada juga berbagai vaksin jenis lain. Misalnya, MMR (Mumps Measles rubella) + Varisella, DPT + Hepatitis B + Hib + IPV (polio). Kelebihannya adalah praktis, Ekonomis, Mengurangi stres dan rasa sakit akibat tusukan jatum, Lebih banyak jenis penyakit yang dicegah, Bisa mengehar imunisasi yang terlambat diberikan, Hanya perlu waktu yang singkat bagi petugas kesehatan untuk melaksanakan program imunisasi. Kekurangannya yaitu dapat terjadi ketidakserasian kimiawi akibat bercampurnya beberapa jenis vaksin, Membingungkan petugas kesehatan dalam menyusun jadwal imunisasi (Laila, 2007).

Sumber : http://www.bidananya.com/imunisasi/

--sumber : http://puskesmaspebayuran.blogspot.com/2011/03/imunisasi.html#more

0 komentar:

Posting Komentar