Jumat, 02 November 2012

MUAL, MUNTAH

Mual dan muntah bisa jadi menunjukan beberapa kondisi, maka amat penting untuk menentukan penyebab sebelum memutuskan penggunaan obat yang tepat.
Mual dan muntah sering sekali dilontarkan pasien dengan latar belakang penyakit yang berbeda.

Penyebab mual dan muntah bisa jadi sangat sederhana, seperti berputar terlalu cepat saat naik mesin di taman hiburan. Tetapi, mual muntah bisa juga merupakan gejala suatu penyakit yang lebih serius, atau karena efek pemberian obat-obatan tertentu. Jadi mual muntah bisa berdiri sendiri sebagai hal yang independen, namun umumnya dibicarakan bersama-sama dengan kondisi lain.

Mual dan muntah banyak dikaitkan dengan ganguan organik dan fungsional. Kondisi darurat di rongga perut seperti apendikitis kut, kolesistitis, gangguan di saluran intestinal, atau peritonitis juga bisa menyebabkan mual dan muntah. Infeksi virus, bakteri, dan parasit lain di saluran pencernaan secara tipikal menyebabkan mual dan mmuntah dengan derajat berat. Satu dari begutu banyak penyebab muntah pada anak adalah gastroenteritis yang disebabkan rotavirus.

Tipe lain dari kondisi mual dan muntah adalah yang disebut mual dan muntah yang bisa diantisipasi atau anticipatory nausea and vomiting. Mual dan muntah jenis ini disebabkan karena pemberian obat-obat kemoterapi atau akibat kecemasan yang timbul karena tindakan tersebut. Kebanyakan pasien menunjukkan dua-duanya, baik karena obatnya dan juga kecemasan akibat efek kemoterapi. Data dari Support Care Cancer tahun 1998 me­nun­jukkan mual atau Anticipatory nausea (AN) dialami oleh sekitar 29% pasien yang menjalani kemoterapi atau 1:3. Sedangkan muntah (anticipatory vomitting/AV) terjadi pada 11% pasien atau 1:10.

Mual dan muntah juga bisa dikeluhkan pasien sesudah menjalani operasi. Data dari World Federation of Societies of Anaesthesiologists 2003 menyebutkan Postoperative nausea and vomiting (PONV) merupakan kejadian yang tidak diinginkan (adverse events0 yang paling sering terjadi setelah tindakan pembedahan. Kasusnya mencapai 60-70% jika menggunakan agen anastesi lama, dibandingkan 30% dengan penggunaan obat anastesi yang relatif baru. 

Gejala yang sama juga banyak ditemukan pada ke­hamilan. Bahkan ka­susnya relatif tinggi. Rasa mual menimpa 75-85% perempuan hamil, dan 50% diikuti muntah.

Karena cukup menganggu dan men­u­run­kan aktivitas harian penderita, maka tu­juan terapi untuk mual dan muntah adalah mencegah atau menghilangkannya. Tetapi pendekatan terapi sangat tergantung pada kondisi medis masing-masing pasien. Untuk mual dan muntah ringan, bisa diatasi dengan obat-obat bebas atau bisa dilakukan pendekatan non farmakologi.

Tetapi karena gejala mual dan muntah bisa jadi merepresentasikan beberapa kondisi, maka amat penting untuk menentukan penyebab sebelum memutuskan penggunaan obat yang tepat.

Tujuan keseluruhan dari terapi antiemetik adalah untuk mencegah atau menghilangkan mual dan muntah, seharusnya tanpa menimbulkan efek samping. Terapi antiemetik diindikasikan untuk pasien dengan gangguan elektrolit akibat sekunder dari muntah, anoreksia berat, memburuknya status gizi atau kehilangan berat badan.

Obat-obat yang tersedia bebas misalnya antasid, histamine 2 antagonis seperti simetidin, fa­motidin, dan ranitidine. Obat-obat kelompok antihistimine-antikolinergik seperti meclizine, cyclizine, dimenhidrinat, dan difenhidramin, serta cairan fosforilat karbohidrat. Sedangkan obat anti mual muntah yang bisa didapatkan dengan resep antara lain antihistamin-antikolinergik dan fenotiazine. Kedua jenis obat ini umumnya efektif, meskipun dalam dosis dan frekuensi pemberian yang kecil. Untuk kasus yang lebih rumit, disarankan mengkombinasikan obat.

Obat-obat anti muntah (antiemesis) untuk pasien kanker yang menerima obat kemoterapi harus diberikan sebelum, selama dan sesudah kemoterapi. Obat-obat yang digunakan untuk mengatasi efek samping kemoterapi, dalam hal ini mual dan muntah, adalah proklorperazine saja atau dikombinasikan dengan lorazepam; granisetron, ondansetron, atau dolasetron yang merupakan obat golongan 5-HT3 receptor antagonis. Obat ini bekerja de­ngan menghambat aksi serotonin, yang merupakan substansi alamiah penyebab mual dan muntah. Salah satu dari obat golongan antagonis reseptor 5-HT3 tersebut juga bisa dikombinasikan dengan deksametason atau metilprednisolon.

http://www.farmasiku.com/index.php?target=categories&category_id=197

0 komentar:

Posting Komentar