Sabtu, 24 November 2012

Prosedur MTBS pada Bayi Umur 1 Hari s/d 2 Bulan



Manajemen terpadu Balita Sakit atau MTBS adalah suatu paket program komprehensif yang memadukan upaya promotif dan kuratif melalui pendekatan pelayanan balita sakit di rawat jalan dengan identifikasi penyakit-penyakit yang ada secara akurat, mengkombinasikan pengobatan semua penyakit tersebut, merujuk penyakit yang berat secara cepat, menilai status gizi dan imunisasi serta menangani dan memberi bagi ibu tentang perawatan anak balita di rumah, nasehat pemberian makan dan kapan harus kembali segera atau kapan harus kembali untuk tindak lanjut, konseling bagi ibu untuk perawatan dirinya.

Tujuan MTBS adalah untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan Anak Balita serta menekan morbiditas karena penyakit terutama pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga dan malnutrisi. Sedangkan sasaran utama Penerapan MTBS adalah para perawat, bidan, atau bidan di desa yang menangani balita sakit.

Pelaksanaan MTBS merupakan suatu bentuk pelayanan yang dilaksanakan di tingkat pelayanan dasar. MTBS ini memfokuskan pada pelatihan petugas kesehatan di pelayanan dasar, petugas harus menangani semua kondisi yang berhubungan secara langsung dengan gejala yang dikeluhkan saat itu. Keluhan yang ditangani petugas misalnya akibat campak, anemia, kekurangan zat besi dan juga kondisi-kondisi yang tidak berhubungan secara langsung, misalnya pemberian imunisasi dan pemberian vitamin A dimana xeropthalmia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Kendala yang akan dihadapi petugas kesehatan dalam menerapkan manajemen terpadu ini adalah waktu pelayanan yang lebih lama (Depkes RI, WHO & UNICEF, 2002).

Prosedur MTBS pada bayi umur 1 hari s/d 2 bulan
Salah satu tujuan kegiatan ini untuk menilai dan membuat klasifikasi bayi muda sakit umur 1 hari sampai 2 bulan. Proses dan langkahnya sangat mirip dengan yang telah dijelaskan pada penanganan balita sakit berumur 2 bulan sampai 5 tahun. Pedomannya difokuskan pada informasi dan ketrampilan untuk menangani bayi muda antara lain:
  1. Memeriksa kejang. Tanyakan pada ibu apakah bayi ada riwayat kejang. Lihat, dengar dan raba adakah tanda/gejala kejang seperti berikut: apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun, apakah bayi menangis melengking tiba-tiba, apakah ada gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata, atau anggota gerak, apakah mulut mecucu, dan apakah ada kaku seluruh badan dengan atau tanpa rangsangan. Kemudian klasifikasikan apakah bayi kejang..
  2. Memeriksa gangguan napas. Lihat dan dengar adakah henti napas (apnea)>20 detik; hitung napas dalam satu menit, apakah bayi
  3. napas cepat (>60 kali per menit) atau napas lambat
  4. Memeriksa hipotermi. Petugas mengukur suhu aksiler dengan termometer atau raba badan bayi; apakah tangan, kaki, atau badan bayi teraba dingin; apakah bayi mengantuk atau letargis; adakah bagian badan bayi berwarna merah dan mengeras (sklerema) ; dan apakah gerakan bayi kurang dari normal. Kemudian klasifikasikan apakah bayi hipotermi berat atau hipotermi sedang.
  5. Memeriksa kemungkinan infeksi bakteri. Lihat apakah bayi mengantuk/letargis atau tidak sadar, lihat tanda/gejala kejang, lihat tanda/gejala gangguan napas, apakah bayi malas minum/tidak bisa minum atau muntah, raba adakah bagian badan bayi berwarna merah dan mengeras (sklerema), raba apakah ubun-ubun cembung, lalu ukur suhu aksiler dengan termometer atau raba badan bayi apakah bayi teraba dingin atau teraba panas, lihat adakah pustul di kulit: apakah banyak/parah, lihat apakah mata bernanah: apakah nanah banyak, lihat apakah nanah keluar dari telinga, apakah pusar kemerahan atau bernanah, apakah kemerahan meluas sampai ke kulit perut, dan apakah pusar berbau busuk. Kemudian klasifikasikan apakah mungkin infeksi bakteri sistemik, mungkin infeksi bakteri lokal berat atau infeksi bakteri lokal.
  • Memeriksa ikterus. Tanyakan apakah bayi kuning. Jika ya, pada umur berapa timbul kuning, tanyakan apakah bayi lahir kurang bulan, apakah warna tinja bayi pucat, lihat adakah kuning pada bayi, dan tentukan sampai di daerah manakah warna kuning pada bagian badan bayi. Kemudian klasifikasikan apakah bayi ikterus patologik atau ikterus fisiologis.
  • Memeriksa gangguan saluran cerna. Tanyakan apakah bayi muntah. Jika ya, apakah muntah segera setelah minum, muntah berulang atau muntah warna hijau. Adakah darah dalam tinja, apakah bayi tidak buang air besar dalam 24 jam terakhir, lihat apakah bayi gelisah/rewel, raba apakah perut bayi kembung atau tegang, raba apakah teraba benjolan di perut selain hati dan limpa, lihat apakah air liur berlebihan atau keluar terus menerus, periksa lubang anus dengan menggunakan termometer rektal: adakah lubang anus. Kemudian klasifikasikan apakah bayi ada gangguan saluran cerna.
  • Memeriksa apakah bayi diare. Jika ya, tanyakan sudah berapa lama, apakah diare disertai darah dalam tinja, lihat keadaan umum bayi, apakah letargis atau tidak sadar, gelisah/rewel, apakah matanya cekung, cubit kulit perut untuk mengetahui turgor: apakah kembalinya sangat lambat (lebih dari 2 detik) atau lambat. Kemudian klasifikasikan apakah bayi diare dehidrasi berat, diare dehidrasi ringan/sedang, diare tanpa dehidrasi, diare persisten berat atau mungkin disentri.
  • Memeriksa kemungkinan berat badan rendah dan atau masalah pemberian ASI. Tanyakan apakah bayi lahir kecil atau berat lahir 
  • Menentukan tindakan/pengobatan. Membebaskan jalan napas dan memberi oksigen, menangani kejang dengan obat anti kejang, memberi antibiotik intramuskular dan antibiotik oral.
  • Konseling bagi ibu/keluarga. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah, mengajari ibu cara mengobati infeksi bakteri lokal di rumah, mengajari ibu cara mengobati infeksi mata, mengajari ibu cara mengobati infeksi kulit atau pusar, mengajari ibu cara mengobati luka/bercak putih (thrush) di mulut, mengajari ibu posisi meneteki dan cara bayi melekat pada waktu menetek secara benar, mengajari ibu cara meningkatkan ASI, menasehati ibu kapan harus segera dibawa ke petugas kesehatan, menasehati ibu kapan kunjungan ulang dan menasehati ibu tentang kesehatannya sendiri.
  • Pemberian pelayanan tindak lanjut bagi bayi muda yang datang untuk kunjungan ulang.

  • Refference, antara lain :
    • Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Dep.Kes.RI. 2004
    • Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit, Departemen Kesehatan RI, WHO & UNICEF, 2004,
    • Buku Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Departemen Kesehatan RI & WHO 2005.
    http://indonesianpublichealth.blogspot.com/2012/11/prosedur-mtbs-pada-bayi.html

    0 komentar:

    Posting Komentar