Minggu, 17 Maret 2013

Komunikasi,Informasi dan Edukasi Kesehatan (KIE)

a. Pengertian komunikasi

Pembangunan, termasuk pembangunan disektor kesehatan tidak akan berjalan dengan baik dan efektif tanpa adanya proses komunikasi. Komunikasi disektor kesehatan bukan saja diperlukan untuk melibatkan seluruh komponen masyarakat agar berpartisipasi dalam pembangunan kesehatan, tetapi juga diperlukan untuk memperoleh dukungan politik dan kebijaksanaan dari para pejabat penyelenggara negara/pemerintah, baik eksekutif maupun legislatif, dan para pejabat lintas sektor yang lain.

Ilmu komunikasi merupakan cakupan ilmu sosial yang bersifat multisipliner. Istilah komunikasi dalam bahasa inggirs “communication” berasal dari “Communicatus” dalam bahasa latin yang artinya “berbagi” atau “menjadi milik bersama”. Dengan kata lain menurut Iexicographer (ahli kamus bahasa) menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan atau kesepakatan.

Secara teoritis pengertian konsep komunikasi dapat dijelaskan berdasarkan bentuk-bentuk pengertian berikut.
a. Pengertian etimologis

Komununikasi berasal dari bahasa latin : “Communication” yang bermakna pemberitahuan, pertukaran pikiran atau partisipasi. “communicare”, yang berarti : mengumumkan, bertukar pikiran, informasi dan perasaan atau menciptakan hubungan yang baik. Sedangkan kata “communis” berarti : bersifat umum, milik bersama, atau berlaku di mana-mana.
b. Pengertian terminologis

Pengertian ini menekankan pada proses. Jadi, kominikasi berarti proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain.
c. Pengertian paradigmatis

Pengertian ini mkenekankan pada tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam menyampaikan pesan dapat dilakukan dengan berbagai cara : lisan, tulisan tatap muka, melalui media massa (surat kabar, majalah, televisi, radio, film, dan internet) atau media non massa (surat, telepon, dan sebagainya). Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat atau perilaku, secara langsung atau tidak langsung.

Lebih rinci Frank E. X. Dance (1976) dalam bukunya “Human Communication Theory” menginventarisasi defenisi komunikasi dari beberapa ahli, antara lain : Defenisi komunikasi dari Hovland, janis dan Kelley (1953) bahwa : Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak)

Menurut Harold. D. Laswell (1960) bahwa :

Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa dan dengan akibat atau hasil apa”. (Who ? sayas what ? in which channel : to Whom ? With What effect?.

Secara khusus komunikasi kesehatan masuk dalam lingkup komunikasi manusia (Human Communication). Secara khusus komunikasi kesehatan secara spesifik memfokuskan pada transaksi kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi transaksi tersebut. Menurut pettegrew (1982) terjadi antara para ahli kesehatan dan antara para ahli kesehatan dengan klien (pasien), khususnya dalam hal-hal komunikasi kesehatan. Transaksi ini dapat berbentuk verbal atau nonverbal, lisan atau tulisan, personal atau in terpersonal, dan isu-isu yang berorientasi pada hubungan.

Tingkat komunikasi kesehatan dapat mencakup semua unsur-unsur level atau tingkat komunikasi antara lain :
Komunikasi interpersonal, meliputi interaksi langsung antara para ahli kesehatan dengan para pasien. Disiplin ilmu komunikasi kesehatan yang berada pada area ini adalah psikologi kesehatan, sosiologi pengobatan, komunikasi biomedik, perilaku pengobatan, perilaku kesehatan, dan komunikasi medical.
Komunikasi kelompok kecil, meliputi pertemuan, laporan staf, dan interaksi tim-tim keseahatan
Komunikasi organisasi, meliputi administrasi rumah sakit, hubungan dengan staf, iklim komunikasi organisasi.
Komunikasi publik, meliputi presentasi, pidato.
Komunikasi massa, meliputi cakupan dalam level nasional dan program-program kesehatan dunia, promosi kesehastan dan perencanaan kesehatan masyarakat.

Pada dasarnya komunikasi berlangsung dalam suatu proses yang merupakan urutan atau rangkaian kegiatan tindakan atau peristiwa dari beberapa komponen untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian komunikais memiliki karakter yang dinamis, interaktif, transaksional, berlangsung dalam konteks fisik, konteks sosial dan sebagainya.
b. Pengertian informasi

Informasi adalah pesan yang disampaikan seseorang komunikator kepada komunikan. Menurut Rakhmat (1986), proses informasi meliputi empat tahap, yakni tahap sensasi, persepsi, memori dan berpikir. Tahap sensasi merupakan tahap yang paling awal dalam penerimaan informasi melalui alat indera, sehinnga individu dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Selanjutnya individu mepersepsikan objek, peristiwa, atau pun hubungan-hubungan yang diperoleh, kemudian menyimpulkan atau menafsirkan informasi tersebut. Sensasi yang telah dipersepsikan oleh individu direkam oleh memori.

Memori berperan penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berpikir. Dengan memori inilah informasi dapat direkam, disimpan, dan kemudian digunakan kembali, jika diperlukan. Tahap terakhir proses pengolahan informasi adlah berpikir, yang mempengaruhi penafsiran individu terhadap stimuli. Berpikir dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan persoalan, dan menghjasilkan pengetahuan baru. Proses pengolahan informasi ini akan dapat menimbulkan suatu perubahan pada sikap atau tindakan individu.

Menurut Aristoteles (dalam fisher, 1986), (dalam Tina Afianti, 2007), informasi dapat digunakan sebagai alat persuasi. Informasi dapat digunakan untuk mebujuk dan mempengaruhi perilaku manusia, atau untuk mengubah perilaku manusia, sesuai yang diinginkan pemberi informasi. Melalui informasi individu mendapatkan pengetahuan.

Dalam pendekatan konstruktivisme, menurut Edgen dan kauchack (1997), dalam (Afiatin, 2007), pengetahuan adalah hasil konstruksi individual dalam terhadap realitas. pemahaman individu tentang realitas, atau pengetahuan, atau pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi pengalaman aktifnya sendiri dari pada presentasi orang lain. Individu menggunakan pengalaman mereka secara aktif untuk membangun pengertian yang bermakna bagi mereka. Pengetahuan dibangun melalui kreasi yang terus menerus, individu aktif memformulasikan hipotesis baru ketika terjadi perbedaan antara pengetahuan yang dimiliki dengan observasi baru. Pengetahuan dibangun melalui pengalaman langsung, interaksi guru dengan murid, serta antara murid yang satu dengan murid yang lainnya.

Peningkatan pengetahuan terhadap penyalahgunaan Napza dapat mempengaruhi sikap individu, dan selanjutnya hal ini juga akan mempengaruhi perilakunya. Blom (1964) dalam (Tina Afiatin, 2007), menyebutkan bahwa eratnya hubungan antara pengetahuan dan pembentukan sikap telah banyak dibuktikan lewat berbagai penelitian. Sejak adanya kesediaan untuk menerima, memberikan perhatian membedakan nilai dan arti serta mengorganisasikan informasi mulai berlangsung pada diri seseorang. Proses ini penting sebagai dasar dalam meyakini informasi untuk dipertimbangkan dalam menyikapi permasalahan.

Peningkatan kesadaran dan pengetahuan tentang Napza/Narkoba dilakukan melalui program yang mendasarkan pada informasi (Olson, dkk., 1992), (dalam Tina Afiatin, 2007). Asumsi yang mendasari program ini adalah bahwa dengan meberikan kesadaran dan pengetahuan remaja tentang bahaya penyalahgunaan Napza, maka pilihan penolakan terhadap penyalahgunaan Napza benar-benar diyakini.

Hasil penelitian Horan dan Horrison (dalam Oson dkk., 1992) menunjukan bahwa individu yang mendapatkan program yang mendasar pada pemberian informasi memiliki tingkat pengetahuan tentang penyalahgunaan Napza lebih baik dari pada individu yang tidak mendapatkan program. Informasi mempunyai peranan dan dampak besar dalam kehidupan seseorang. Informasi dapat digunakan untyuk mengubah perilaku seseorang sesuia dengan apa yang diinginkan oleh pemberi informasi.

Melalui informasi dapat mengarahkan seseorang pada perilaku pencapaian tujuan seperti yang diinginkan seseorang. Selain itu informasi dapat pula membantu seseorang dalam mengatasi sejumlah masalah yang dihadapi, dan membuat seseorang lebih siap menghadapi situasi yang belum dikenal (fisher, 1986). Informasi-informasi yang telah diterima oleh individu selanjutnya akan membentuk pengetahuan yang dimilki seseorang.

Dengan memberikan informasi tentang cara mencapai hidup sehat, cara – cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan – pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai akan akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaan).

Dengan memberikan informasi tentang cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan – pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu yang cukup lama, tetapi perubahan yang dicapai akan akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaan).
C. Pengertian Edukasi Kesehatan

Menurut Ross (1998) dalam (Afiatin, 2007), pendidikan yang berusaha mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku, lebih penting dibandingkan hanya sekedar memberikan informasi tanpa disertai usaha pembentukan sikap dan perubahan perilaku nyata. Haloran (1970) menyatakan bahwa interaksi dengan tatap muka langsung antara pihak penerima pesan dean pihak penyampai pesan merupakan intervensi dua arah yang lebih memungkinka untuk menghasilkan perubahan. Dengan demikian peningkatan pengetahuan yang bertujuan untuk mengubah sikap akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara tatap muka langsung.

Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan iformasi, meberikan kesadarn, dan sebagainya, melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan. Memang dampak yang timbul dari cara ini trhadap perubahan perilaku masyarakat memakan waktu yang lama, dibanding dengan cara koersi. Namun demikian bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat, maka akan langgeng, bahkan selama hidup dilakukan.

Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan masyarakat, tampaknya pendekatan edukasi (pendidikan kesehatan) lebih tepat dibandingkan dengan pendekatan koersi. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adaalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan mengupayakan perilaku individu, kelompok, atau masyarakat mempunyai pengaruh positf terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.


sumber : http://iwanheryawan.wordpress.com/2011/06/16/komonikasiinformasi-dan-edukasi-kesehatan-kie/

0 komentar:

Posting Komentar