Pemberian Imunisasi Pada Bayi
Pengertian
Imunologi
ialah ilmu yang mempelajari molekul, sel, organ, dan sistem yang
bertanggung jawab mengenali dan membuang benda asing (dari luar tubuh)
serta cara tubuh manusia mempertahankan diri terhadap benda asing
tersebut.
Imunisasi Bayi.
Ada
dua jenis imunisasi bayi, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
Imunisasi aktif dapat diperoleh melalui pajanan alami sebagai respon
terhadap infeksi atau serangkaian infeksi alami atau didapat melalui
suntikan antigen. Imunisasi aktif ini apabila telah diberikan akan
bertahan selama bertahun-tahun (Bobak, 2005).
Pemberian Air Susu Ibu bisa membantu kekebalan tubuh bayi dari serangan penyakit yang berbahaya.
Imunisasi Wajib Program Pengembangan Imunisasi (PPI)
1) Vaksin BCG
Pemberian
imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin BCG mengandung kuman BCG (Bacillus
Calmette-Guerin) yang masih hidup. Jenis kuman TBC ini telah dilemahkan.
Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan ketika bayi baru lahir
sampai berumur 12 bulan, tetapi lebih baik pada umur 0-2 bulan.
Imunisasi BCG cukup diberikan satu kali saja. Pada anak yang berusia
lebih dari 2 bulan dianjurkan untuk uji Mantoux sebelum imunisasi BCG.
Gunanya untuk mengetahui apakah ia telah terjangkit penyakit TBC. Dosis
vaksin yang diberikan adalah 0.05 mL secara I.M pada muskulus deltoideus
kanan atau pada paha kanan atas. Umumnya pada imunisasi BCG jarang
dijumpai akibat samping. Mungkin terjadi pembengkakan kelanjar getah
bening setempat yang terbatas dan biasanya menyembuh sendiri walaupun
lambat (Markum A.H,1997)
2) Vaksin DPT (Difteria, Pertusis, Tetanus)
Manfaat
pemberian imunisasi dpt ini ialah untuk menimbulkan kekebalan aktif
dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteria, pertusis (batuk
rejan), dan tetanus. Vaksin difteria terbuat dari toksin kuman difteria
yang telah dilemahkan. Biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan
vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau dengan tetanus dan pertusis
dalam bentuk vaksin DPT. Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali, sejak
bayi berumur 2 bulan dengan selang waktu antara dua penyuntikan minimal 4
minggu. Imunisasi ulang pertama dilakukan pada usia 1.5 – 2 tahun atau
kurang lebih satu tahun setelah suntikan imunisasi ketiga. Dosis
pemberian vaksin yakni 0.5 mL secara I.M. Reaksi yang mungkin terjadi
biasanya demam ringan, pembengkakan dan rasa nyeri di tempat suntikan
selama 1-2 hari. Kadang-kadang terdapat efek samping yang lebih berat,
seperti demam tinggi atau kejang, yang biasanya disebabkan oleh unsur
pertusisnya. Bila hanya diberikan DT tidak akan menimbulkan akibat
samping demikian (Markum A.H, 1997).
3) Vaksin Poliomielitis atau Imunisasi Polio
Imunisasi
Polio diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
polimielitis. Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang
masing-masing mengandung virus polio tipe I,II,III.Imunisasi dasar
diberikan sejak bayi baru lahir atau berumur beberapa hari, dan
selanjutnya setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan
bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Dosis pemberian ialah
2 tetes (0.1 mL) per oral. Bila vaksin dimuntahkan oleh anak, maka
perlu untuk diberikan ulang. Penderita polio tetap diberikan vaksin
polio. Reaksi imunisasi polio biasanya tidak ada, mungkin pada bayi akan
terdapat berak-berak ringan. Pada anak dengan diare berat atau sedang
sakit parah, imunisasi polio sebaiknya ditangguhkan. Demikian pula
dengan anak yang menderita gangguan kekebalan (defisiensi imun) tidak
diberikan imunisasi polio (Markum A.H,1997).
4) Vaksin Campak (Morbili)
Imunisasi
campak diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit campak
secara aktif. Vaksin campak mengandung virus campak hidup yang telah
dilemahkan. Pada bayi baru lahir biasanya telah mendapat kekebalan pasif
terhadap penyakit campak dari ibunya ketika dalam kandungan. Setelah
bayi berusia 9 bulan baru diberikan vaksin sebanyak 1 kali.Dosis yang
diberikan untuk imunisasi campak ini adalah 0.5 mL secara S.C atau I.M.
Reaksi imunisasi campak biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi.
Mungkin terjadi demam ringan dan tampak sedikit bercak merah pada pipi
di bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan. Mungkin pula
terdapat pembengkakan pada tempat penyuntikan.
5) Vaksin Hepatitis B
Vaksinasi
atau Imunisasi Hepatitis B dimaksudkan untuk mendapat kekebalan aktif
terhadap penyakit hepatitis B. Vaksin terbuat dari bagian virus
hepatitis B yang dinamakan HBsAg, yang dapat menimbulkan kekebalan tapi
tidak menimbulkan penyakit.Imunisasi hepatitis B aktif dilakukan dengan
cara pemberian suntikan dasar sebanyak 3 kali dengan jarak waktu satu
bulan antara suntikan 1 dan 2, dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3.
Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar. Reaksi
imunisasi hepatitis B yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat
suntikan, yang mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau
pembengkakan. Reaksi ini akan menghilang dalam waktu 1-2 hari. Reaksi
lain yang mungkin terjadi ialah demam ringan (Markum A.H,1997).
6) Vaksin Kombinasi
Vaksin
Kombinasi adalah gabungan beberapa jenis virus atau bakteri menjadi
satu jenis produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda.
Praktisnya, pemberian vaksin ini cukup dilakukan dalam satu suntikan
saja. Vaksin kombo yang dianjurkan adalah vaksin yang telah mendapat
persetujuan dari pemerintah masing-masing negara. Di Indonesia, vaksin
ini harus mendapat izin dari Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan, Departemen Kesehatan. Vaksin tertua yang ada adalah DPT
(Difteri-Pertusis-Tetanus). Dari penggabungan vaksin atau Imunisasi DPT
yang terbukti aman ini. Kemudian timbul ide untuk menggabungkan
beberapa vaksin lainnya. Maka jadilah penggabungan vaksin DPT dengan
vaksin lain, berupa vaksin kombinasi. Misalnya saja, imunisasi DPT +
imunisasi Hepatitis B, DPT + Hib (Haemophilus Influenzae tipe-B), dan
sebagainya. Ada juga berbagai vaksin jenis lain. Misalnya, MMR (Mumps
Measles rubella) + Varisella, DPT + Hepatitis B + Hib + IPV (polio).
Kelebihannya adalah praktis, Ekonomis, Mengurangi stres dan rasa sakit
akibat tusukan jatum, Lebih banyak jenis penyakit yang dicegah, Bisa
mengehar imunisasi yang terlambat diberikan, Hanya perlu waktu yang
singkat bagi petugas kesehatan untuk melaksanakan program imunisasi.
Kekurangannya yaitu dapat terjadi ketidakserasian kimiawi akibat
bercampurnya beberapa jenis vaksin, Membingungkan petugas kesehatan
dalam menyusun jadwal imunisasi (Laila, 2007).
Sumber : http://www.bidananya.com/imunisasi/
--sumber : http://puskesmaspebayuran.blogspot.com/2011/03/imunisasi.html#more
0 komentar:
Posting Komentar