Mengenali penyakit wanita, pria perlu tahu juga: endometriosis, myom, dan kista
Dear kawan,
apa kabar? semoga semuanya baik-baik saja ya… hidup tidak mungkin
selalu mulus, sesekali ada riak kecil atau bahkan gelombang besar. Tapi
semoga kita semua bisa menjalaninya dengan baik dan kuat. Amien.
Termasuk di saluran reproduksi wanita. Tidak selalu normal dan mulus,
kadang ada yang benjol-benjol akibat adanya gangguan. Secara kebetulan
dalam waktu yang berdekatan ada beberapa kawan yang menanyakan tentang
keluhannya.. yang satu tentang endometriosis, yang satu tentang kista
ovarium, dan yang satu tentang myoma. Karena
itu, kupikir ada manfaatnya untuk mengangkat topik ini dalam tulisanku
kali ini… Aku yakin masyarakat awam kadang masih belum bisa membedakan
antara ketiganya. Dan biarpun ini penyakit wanita, pria perlu tau juga
loh…..
Apa bedanya endometriosis, myoma dan kista?
Endometriosis
adalah suatu kondisi dimana jaringan yang mirip dengan lapisan dinding
rahim (yang mestinya hanya berada di dalam rahim) ditemukan atau tumbuh
di tempat lain dalam tubuh. Endometrium sendiri merupakan lapisan yang
melapisi rongga rahim dan dikeluarkan secara siklik saat mens sebagai
darah haid.
Lesi endometriosis dapat ditemukan di manapun di rongga panggul,
seperti pada ovarium, saluran tuba, dinding panggul (peritoneum),
ligamen uterosakral, atau sekat antara vagina dan rektum, dll. Bahkan
bisa juga dijumpai pada luka bekas operasi Caesar, bekas luka
laparoskopi / laparotomi, di kandung kemih, usus buntu, dan usus besar.
Bahkan pada kasus yang lebih jarang, endometriosis dapat ditemukan di
dalam vagina, kulit, tulang belakang, paru, bahkan otak.
Sedangkan myoma, tepatnya myoma uteri atau disebut juga uterine fibroid, adalah tumor jinak dari miometrium (otot rahim). Berdasarkan letaknya, mioma uteri bisa dibagi menjadi 3, yakni mioma intramural (di dalam otot rahim), subserosa (dibawah lapisan serous, menonjol ke arah rongga perut), serta submukosa
(menonjol ke arah rongga rahim). Mioma bervariasi dalam ukuran dan
jumlahnya, kebanyakan tumbuh lambat dan biasanya tidak menimbulkan
gejala. Mioma yang tidak menyebabkan gejala tidak perlu diobati. Hanya
sekitar 25% dari mioma yang akan menimbulkan gejala dan perlu perawatan
medis.
Mioma mungkin tumbuh sebagai nodul tunggal atau dalam kelompok dan
terdapat dalam berbagai ukuran, dari 1 mm sampai lebih dari 20 cm. Mioma
adalah tumor yang paling sering didiagnosis pada panggul wanita dan
merupakan penyebab tersering wanita menjalani histerektomi. Meskipun mereka sering disebut sebagai tumor, mereka tidak ganas dan bukan kanker.
Sementara, kista ovarii
adalah berbentuk suatu kantung berisi cairan, yang bisa kental seperti
gel (mucus/lendir), atau bisa juga cair (serous). Kista ini diproduksi
oleh kelenjar-kelenjar yang ada di ovarium, yang tak bisa dikeluarkan.
Jenis kista yang paling sering dijumpai adalah kista follicular. Pada wanita terdapat ovarium
seukuran kenari yang terletak pada setiap sisi uterus. Satu ovarium
menghasilkan satu sel telur setiap bulan, dan prosesnya mengawali siklus
bulanan menstruasi wanita. Telur itu terdapat dalam kantung yang
disebut folikel. Telur tumbuh terus di dalam ovarium,
dan pada gilirannya, lapisan rahim mulai menebal dan mempersiapkan untuk
implantasi telur yang dibuahi sehingga terjadi kehamilan. Siklus ini
terjadi setiap bulan dan biasanya berakhir ketika telur tidak dibuahi,
dan jadilah menstruasi.
Dalam gambar USG, kista ovarium menyerupai gelembung. Kista hanya berisi
cairan dan dikelilingi oleh dinding yang sangat tipis. Kista jenis ini
juga disebut kista fungsional. Kista terbentuk jika
folikel gagal melepaskan telur, dan cairan tetap ada di dalam. Ini
biasanya terjadi di salah satu ovarium. Kista kecil bisa dijumpai dalam
ovarium normal ketika folikel sedang terbentuk. Sebagian besar kista
ovarium dianggap fungsional (atau fisiologis). Ini berarti mereka terjadi secara normal dan bukan merupakan bagian dari proses penyakit.
Sebagian besar kista ovarium bersifat jinak, yang berarti mereka bukan
kanker, dan kebanyakan hilang dengan sendirinya dalam hitungan minggu
tanpa pengobatan. Namun, sebagian kista memang ada yang dapat
menimbulkan masalah, mulai dari nyeri haid, kista pecah, perdarahan,
hingga penyakit serius, seperti: terlilitnya batang ovarium, gangguan
kehamilan, infertilitas hingga kanker endometrium. Jika kistanya
berkembang dari endometrium disebut kista endometrium, atau kista coklat.
Apa gejala endometriosis, kista dan myoma?
Gejala penyakit-penyakit wanita ini hampir mirip satu sama lain, yang paling umum adalah nyeri panggul dan perut bawah.
Rasa sakitnya sering berkorelasi dengan siklus menstruasi, namun
seorang wanita dengan endometriosis juga mungkin mengalami rasa sakit
pada waktu lain selama siklus bulanannya. Pada sebagian wanita, walaupun
tidak semua orang, rasa sakitnya bisa cukup berat, sehingga membuatnya
tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari.
Nyerinya bisa dirasakan sebelum, selama, atau setelah menstruasi; selama
ovulasi, ketika buang air kecil, selama atau setelah hubungan seksual,
dan di daerah punggung bawah. Selain itu mungkin juga ada gejala lain
seperti : diare atau sembelit (khususnya sehubungan dengan menstruasi),
perut kembung (khususnya sehubungan dengan menstruasi), perdarahan berat
dan tidak teratur, serta kelelahan.
Gejala yang terkenal lainnya yang berhubungan dengan endometriosis adalah infertilitas.
Diperkirakan 30-40% perempuan dengan endometriosis mengalami
kekurang-suburan. Untuk memastikan adanya gangguan-gangguan ini
diperlukan pemeriksaan USG atau laparoskopi.
Apa penyebabnya?
Penyebab pastinya tidak diketahui, diduga terkait dengan faktor genetik. Tapi semuanya terkait dengan hormon estrogen,
di mana mereka terjadi pada usia reproduktif wanita dan terutama pada
saat-saat kadar estrogen meningkat, seperti saat ovulasi, atau saat
kehamilan. Myoma dapat turut membesar pada saat hamil, dan mengecil
kembali saat melahirkan.
Bagaimana terapinya?
Sebenarnya bisa dikatakan bahwa penyakit-penyakit ini tidak ada
obatnya secara khusus. Dalam keadaan tertentu, disarankan dilakukan
pembedahan/operasi, misalnya pengambilan rahim (histerektomi),
pengambilan kista atau myoma. Namun jika pasien masih menginginkan
memiliki keturunan, umumnya dilakukan dulu upaya-upaya lain seperti
pengobatan dengan hormon. Karena diketahui bahwa penyakit2 ini terkait
dengan peningkatan kadar estrogen, maka pengobatannya adalah bertujuan menekan produksi estrogen dalam tubuh.
Ada beberapa obat yang dapat mengatur level estrogen, yang terkait dengan penyakit2 ini, misalnya : Pil kontrasepsi oral, hormonProgestin/progesteron, GnRH-analog, dan Danazol. Sedangkan untuk nyerinya digunakan obat-obat analgesik. Pada tulisan kali ini hanya akan dikupas 4 macam obat terapi hormonal
1. Pil kontrasepsi atau pil KB
Pil KB terdapat dalam beberapa jenis, bisa merupakan kombinasi atau berisi zat tunggal. Umumnya berisi estrogen sintetik dosis rendah dengan progestagen
(progesteron). Obat ini relatif murah dan cukup aman dipakai oleh
wanita. Namun seperti semua terapi hormon lainnya, pil KB tidaklah
menyembuhkan endometriosis. Ia hanya turut meredakan rasa sakit
endometriosis dengan cara menekan menstruasi dan menghambat pertumbuhan
endometrium. Karena setiap orang merespon secara berbeda terhadap dosis
yang berbeda dari hormon, kadang perlu dilakukan “coba-coba” dengan
beberapa jenis pil KB sampai diperoleh jenis yang terbaik efeknya.
Pil KB bisa digunakan dengan cara seperti untuk mencegah kehamilan
(dipakai 3 minggu lalu isirahat 1 minggu, dan diteruskan lagi seperti
itu), atau diminum setiap hari sampai sekitar 3-4 bulan, diikuti
istirahat 1 mnggu. Hal ini tergantung dari gejala dan petunjuk dokter.
Secara teoritis, minum pil terus menerus untuk 3-4 bulan akan lebih
efektif menekan endometriosis daripada jika dipakai dengan cara seperti
pada pencegahan kehamilan. Tapi tentunya dengan penggunaan pil KB,
kemungkinan untuk hamil menjadi kecil. Jika ingin hamil, obat-obat ini
perlu dihentikan.
Pil KB bisa menyebabkan beberapa efek samping, seperti perdarahan
vagina yang tidak teratur, retensi cairan, perut kembung, peningkatan
berat badan, nafsu makan meningkat, mual, sakit kepala, nyeri payudara
dan depresi. Mual dan nyeri payudara biasanya menetap setelah 1-2 bulan
pengobatan. Efek samping yang tersisa biasanya hilang dalam beberapa
minggu setelah Anda berhenti minum pil, dan Anda biasanya akan mulai
berovulasi dan mengalami menstruasi lagi dalam waktu 4-6 minggu setelah
minum tablet terakhir.
Pil KB juga bisa digunakan untuk mengatasi kista, dengan cara
mengatur siklus menstruasi, mencegah pembentukan folikel yang dapat
membentuk kista, dan mungkin mengurangi ukuran kista yang sudah ada.
Pada myoma, pil KB tidak mengurangi ukurannya, tetapi membantu
mengurangi perdarahan yang berlebih pada menstruasi.
2. Progesteron/progestogen
Progestin adalah kelompok obat yang berperilaku seperti hormon
progesteron wanita. Mereka telah digunakan sejak pertengahan 1950-an
untuk mengobati gejala endometriosis. Progestin tersedia dalam beberapa
bentuk yang berbeda, yang masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan.
Progestin secara luas dianggap sebagai pengobatan yang efektif untuk
gejala endometriosis meskipun tidak semua diindikasikan untuk pengobatan
penyakit ini. Namun, seperti semua obat yang digunakan untuk
endometriosis, mereka mungkin memiliki efek samping, yang mungkin tidak
bisa ditoleransi pada bbrp pasien. Efek samping ini bervariasi antara
berbagai jenis progestin, membuat beberapa lebih cocok untuk terapi
jangka panjang daripada yang lain. Ini berarti bahwa jika satu jenis
progestin tidak cocok, bisa digunakan jenis yang lain.
Obat ini bekerja meringankan endometriosis dengan cara menekan
pertumbuhan endometriosis. Pada dosis biasanya digunakan untuk
endometriosis, kebanyakan wanita akan berhenti ovulasi dan menstruasi
selama pengobatan. Dalam 3-6 bulan pertama, banyak wanita akan mengalami spotting,
tetapi beberapa mungkin mengalami perdarahan berat atau berkepanjangan.
Kemudian, kebanyakan wanita akan mengalami menstruasi yang lebih ringan
dari sebelumnya, dan beberapa tidak mengalami.
Kebanyakan wanita mengalami ovulasi dan menstruasi lagi dalam waktu
4-6 minggu setelah menghentikan pengobatan. Pada penggunaan depot medroksiprogesteron asetat,
wanita tidak akan mulai berovulasi dan mengalami menstruasi lagi sampai
obat telah sepenuhnya hilang dari tubuh mereka. Pada penggunaan
suntikan aksi panjang, wanita mungkin akan mengalami penundaan
menstruasi yang panjang, dan ada yang mungkin tidak menstruasi selama
lebih dari satu tahun setelah suntikan terakhir mereka. Jadi mereka yang
masih ingin hamil, tidak dianjurkan menggunakan obat ini.
Efek samping progesterone umumnya tidak serius secara medis, dan sangat
tergantung pada jenis obat, dosis, dan respon pengobatan individu. ESO
itu antara lain adalah : jerawat, kembung, perdarahan, ketidaknyamanan
payudara, depresi, pusing, retensi cairan, sakit kepala, perdarahan
tidak teratur, kelesuan, kemurungan, mual, perdarahan berkepanjangan,
bercak, muntah, dan kenaikan berat badan.
3. Agonis GnRH (Gonadotropin releasing hormone)
Agonis GnRH adalah kelompok obat yang telah digunakan untuk mengobati
endometriosis selama lebih dari 20 tahun. Obat ini adalah modifikasi
dari hormon alami gonadotropin releasing hormone. Gonadotropin releasing hormone adalah hormon yang memicu sekresi follicle-stimulating hormone (FSH), and luteinizing hormone (LH), yang
membantu mengontrol siklus menstruasi. Semua agonis GnRH sangat mirip
secara kimia, tetapi mereka terdapat dalam berbagai bentuk, bisa berupa
injeksi 3 bulanan, injeksi perbulan, dan injeksi harian.
Pada pemberian agonis Gn-RH secara kontinyu, maka agonis Gn-RH tersebut
akan menduduki reseptor di hipofisis anterior, dan mengurangi
sensitifitas hipofisis terhadap rangsangan agonis Gn-RH , sehingga
terjadi penurunan sekresi LH dan FSH. Akibatnya produksi estrogen dan
progesteron oleh ovarium pun akan berkurang (receptor down-regulation). Wanita
yang mendapat terapi agonis GnRH tidak memproduksi estrogen karena
kedua ovarium tidak mendapatkan rangsang gonadotropin yang adekuat;
akibatnya kadar FSH dan LH sangat rendah. Aksi agonis GnRH pada terapi
endometriosis adalah dengan menekan kadar estrogen dan menyebabkan
amenore, sehingga mencegah pertumbuhan endometriosis.
Pada awal pemberian terjadi stimulasi reseptor dan dengan sendirinya
terjadi pengeluaran LH dan FSH dalam jumlah besar, sehingga terjadi
pemicuan sintesis estrogen dan progesteron di ovarium (flare up). Ikatan reseptor agonis Gn-RH ini sangat kuat (slow reversibility),
sehingga meskipun pemberiannya telah dihentikan namun efeknya terhadap
tubuh manusia masih ada berbulan-bulan. Karena cara kerjanya yang
menimbulkan flare up, dan mengurangi sensitivitas hipofisis anterior,
maka analog Gn-RH jenis ini disebut pula sebagai agonis Gn-RH.
GnRH agonist dapat diberikan intramuskuler, subkutaneous atau intranasal
tergantung jenis obat yang dipakai. Terapi diberikan berupa suntikan
tiga bulanan, satu bulanan dan harian atau semprotan intranasal. Semua
agonis GnRH bekerja dengan cara yang persis sama. Bila digunakan terus
menerus untuk jangka waktu lebih dari 2 minggu, mereka menghentikan
produksi estrogen dengan serangkaian mekanisme. Kebanyakan wanita akan
terhenti perdarahannya dalam waktu 2 bulan setelah mulai pengobatan.
Namun, beberapa diantara meraka akan mengalami 3-5 hari pendarahan
vagina atau spotting sekitar 10-14 hari setelah pengobatan awal. Lama
pengobatannya adalah sekitar 3-6 bulan. Beberapa contoh nama obat
golongan agonis GnrH adalah buserelin, nafarelin, tripoterelin, leuprorelin, dan goserelin.
Kembalinya ovulasi dan menstruasi sangat bervariasi. Kebanyakan
wanita akan mengalami menstruasi dalam waktu 4-6 minggu setelah
semprotan terakhir buserelin atau nafarelin, atau dalam 6-10 minggu
setelah suntikan terakhir goserelin, Leuprorelin atau triptorelin.
4. Danazol (Danocrine)
Danazol telah digunakan untuk mengobati endometriosis sejak 1970-an
dan merupakan obat yang paling umum digunakan pada awal tahun 1980,
namun penggunaannya menurun tajam setelah pengenalan agonis GnRH di
akhir 1980-an dan 1990-an. Danazol adalah androgen sintetik. Androgen
adalah hormon yang diproduksi oleh testis pria. Mereka bertanggung jawab
untuk fungsi sistem reproduksi pria dan perkembangan karakteristik
pria, seperti rambut wajah dan suara pria. Ovarium juga menghasilkan
sejumlah kecil androgen.
Danazol adalah pengobatan yang efektif untuk endometriosis, dan
memiliki efektivitas yang sama dengan terapi hormon lainnya. Namun,
memiliki banyak efek samping androgenik (mirip pria), termasuk berat
badan, rambut tubuh meningkat dan jerawat. Adanya efek samping yang
tidak menyenangkan dan kecenderungan untuk mempengaruhi kolestrol darah
menyebabkannya tidak menjadi pilihan pertama pengobatan untuk
endometriosis.
Seperti semua terapi hormon lain, danazol tidak menyembuhkan
endometriosis secara permanen, namun ia menekan pertumbuhan dan
pengembangan sementara, sehingga penyakit bisa kambuh setelah
pengobatan.
Danazol memiliki banyak efek pada tubuh. Gabungan efek-efek Danazol
menghasilkan kadar androgen yang tinggi dan estrogen yang rendah dalam
tubuh, sehingga menekan pertumbuhan endometriosis. Kebanyakan wanita
akan berhenti menstruasi dan berovulasi dengan bulan kedua pengobatan,
meskipun ini mungkin tergantung pada dosis yang digunakan. Gejala-gejala
endometriosis biasanya mulai berkurang pada akhir bulan kedua.
Kebanyakan wanita akan mulai ovulasi lagi dan menstruasi dalam waktu 4-6
minggu setelah pengobatan dihentikan.
Bagaimana dengan terapi herbal?
Terus terang aku sering bingung kalau ditanya tentang terapi
herbalnya, karena sejauh yang kutahu belum ada yang diteliti secara
klinis pada manusia, dan baru berdasarkan pengalaman empirik, yang mana
satu dengan yang lain bisa bervariasi. Salah satu yang pernah ditanyakan
adalah apakah ekstrak daun sirsak yang lagi booming
saat ini bisa untuk mengatasi myom? Aku kira ini pertanyaan logis,
karena penyakit2 tadi seringkali dikonotasikan sebagai penyakit kanker,
sehingga obat-obat yg dipromosikan sebagai antikanker diduga bisa
menjadi obat-obat endometriosis, kista, atau myom. Maaf, aku belum bisa
menjawab dengan pasti, tetapi begini kawan….. prinsipnya gangguan
penyakit tadi adalah disebabkan karena level estrogen yang tinggi,
sehingga obat apapun, baik dari herbal atau sintetik, perlu memiliki
efek anti-estrogenik untuk bisa mengatasi/mengurangi
penyakit2 tersebut. Jadi, herbal-herbal yang memiliki efek
anti-estrogenik mungkin bisa digunakan, sebaliknya perlu berhati-hati
mengkonsumsi obat-obat yang memiliki kandungan fitoestrogenik karena mungkin bisa memicu kekambuhannya.
Demikian kawan, sekilas tentang penyakit-penyakit wanita. Semoga bermanfaat yaaa…..
Sumber bacaan:
http://endometriosis.org/
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000914.htm
http://www.emedicinehealth.com/ovarian_cysts/article_em.htm
--sumber : http://zulliesikawati.wordpress.com/category/artikel/obat/
0 komentar:
Posting Komentar