Alternatif Pemecahan Masalah Gizi Buruk
Masalah gizi buruk hingga saat ini maasih merupakan masalah kesehatan masyarakat serius di Indonesia. Akbibat gizi buruk pada balita, mereka akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun kecerdasan. Pada tingkat kecerdasan, dikarenakan tumbuh kembang otak hampir 80% terjadi pada masa dalam kandungan sampai usia 2 tahun, maka akibat masalah gizi buruk ini dapat berpengaruh sangat serius terhadap tingkat kecerdasan penderita. Diperkirakan Indonesia telah kehilangan Intelligence Quotient (IQ) 220 juta IQ poin dan penurunan produktivitas hingga 20-30%.
Gizi buruk merupakan keadaan kurang gizi pada tingkatan yang sudah berat, yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari. Secara langsung keadaan gizi dipengaruhi oleh ketidak cukupan asupan makanan dan penyakit infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung karena kurangnya ketersediaan pangan pada tingkat rumah tangga, pola asuh yang tidak memadai serta masih rendahnya akses pada kesehatan lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat. Lebih lanjut masalah gizi disebabkan oleh kemiskinan, pendidikan rendah dan minimnya kesempatan kerja (UNICEF, 1998).
Penyebab lain timbulnya masalah gizi buruk, disamping kemiskinan dan kurangnya ketersediaan pangan, juga karena kurang baiknya sanitasi dan pengetahuan tentang gizi, serta tidak tercukupinya menu seimbang pada konsumsi. Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa faktor sosio-budaya sangat berperan dalam proses konsumsi pangan dan terjadinya masalah gizi. Kebiasaan makan keluarga dan susunan hidangannya merupakan salah satu manifestasi kebudayaan keluarga yang disebut gaya hidup. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan yang kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi.
Sementara pendapat lain menyebutkan, bahwa faktor- faktor penyebab gizi buruk jika dilihat dari tingkatan penyebab gizi buruk, dibagi menjadi penyebab langsung, penyebab tidak langsung dan penyebab mendasar.
- Penyebab langsung merupakan faktor yang langsung berhubungan dengan kejadian gizi buruk dan adanya penyakit. Interaksi antara asupan gizi dan infeksi akan saling menguatkan untuk memperburuk keadaan. Sehingga akan berakibat fatal penyebab kematian dini pada anak-anak.
- Penyebab tidak langsung merupakan faktor yang mempengaruhi penyebab langsung. Seperti akses mendapatkan makanan yang kurang, perawatan dan pola asuh anak kurang dan pelayanan kesehatan serta lingkungan buruk atau tidak mendukung kesehatan anak-anak. Faktor inilah yang akan mempengaruhi buruknya asupan makanan atau gizi anak dan terjadinya infeksi pada anak-anak.
- Penyebab mendasar terjadinya gizi buruk terdiri dari dua hal, yakni faktor sumber daya potensial dan yang menyangkut sumber daya manusia. Pengelolaan sumber daya potensial sangat erat kaitannya dengan politik dan idiologi, suprastruktur dan struktur ekonomi. Sementara sumber daya berkaitan erat dengan kurangnya pendidikan rakyat.
Masalah gizi tidak terbatas pada gizi buruk, namun juga gizi kurang. Masalah gizi sering terjadi pada anak–anak khususnya pada balita. Sebagian besar balita yang menderita masalah gizi kurang, cenderung cepat berkembang menjadi gizi buruk setelah disapih atau pada masa transisi. Pada kondisi ini, resiko kematian lebih tinggi dari pada anak–anak yang berstatus gizi baik. Keadaan gizi kurang, terutama gizi buruk menurunkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit, terutama infeksi. Keadaan ini juga dapat mangganggu pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan jaringan otak yang akan mengurangi kualitas sumber daya manusia Indonesia, selain itu kita ketahui bahwa anak merupakan tunas bangsa yang kelak menjadi sumber daya manusia yang dapat diandalkan.
Masalah gizi, sebagian besar menimpa pada keluarga miskin. Hingga saat ini, selain kasus gizi buruk yang masih ditemukan, juga kasus gizi buruk lama yang sudah dilakukan penanganan, penting untuk tetap diperhatiakn agar kemungkinan kondisi status gizi tidak kembali memburuk. Beberapa penelitian menyimpulkan, bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan asupan protein. Semakin tinggi pendapatan asupan protein pada balita cenderung tinggi, demikian sebaliknya. Kondisi ini sangat mempermudah penjelasan, hubungan kemiskinan dengan gizi buruk ini.
Keadaan ekonomi keluarga berpengaruh besar pada konsumsi pangan, terutama pada golongan miskin. Hal ini disebabkan karena penduduk golongan miskin menggunakan sebagian besar pendapatan untuk memenuhi kebutuhan makanan. Dua peubah ekonomi yang cukup dominan sebagai determinan konsumsi pangan yaitu pendapatan keluarga dan harga. Apabila pendapatan meningkat berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Pendapatan rendah pada keluarga gizi buruk tentu mengalami kesulitan dalam mengatur keuangan rumah tangga dalam pemenuhan gizi balita. Pendapatan yang kurang, sebenarnya dapat ditutupi jika keluarga tersebut mampu mengolah sumberdaya yang terbatas, antara lain dengan kemampuan memilih bahan makanan yang murah tetapi bergizi dan distribusi makanan yang merata dalam keluarga.
Penyebab langsung KEP adalah kurang makanan dan infeksi penyakit. KEP pada anak timbul tidak hanya karena kurang makanan, tetapi juga karena infeksi penyakit. Pada kenyataan di lapangan, kombinasi keduanya (kurang makanan dan infeksi penyakit) merupakan penyebab KEP. Penyebab tidak langsung adalah ketahanan pangan di tingkat keluarga, pola asuh anak serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Pola pengasuhan sangat dibutuhkan oleh anak dalam memberikan perhatian, penyediaan waktu dan memberi dukungan anak agar tumbuh berkembang dengan baik.
Krisis ekonomi sangat terasa di pedesaan, sehingga status gizi balita di pedesaan lebih buruk dibandingkan dengan balita di perkotaan Masyarakat desa yang tempat tinggalnya di pelosok desa berbeda secara bermakna dengan masyarakat di pinggir jalan besar dalam hal kunjungan mereka ke posyandu. Hal ini sangat berpengaruh terhadap status gizi balita mereka Tingkat ekonomi masyarakat yang rendah merupakan penyebab gizi buruk Akibat lanjut dari gizi buruk adalah timbulnya berbagai penyakit ikutan. Salah satu faktor risiko terjadinya pneumonia pada anak balita adalah gizi buruk. Anak balita dengan status gizi buruk mempunyai faktor risiko terkena pneumonia 4 kali lipat dibandingkan dengan anak anak balita balita dengan status gizi baik.
Alternatif Penyelesaian Masalah
Upaya penanggulangan yang telah dilakukan oleh pemerintah antara lain seperti peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi melalui program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) atau Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), tatalaksana gizi buruk di puskesmas perawatan dan rumah sakit, serta Kadarzi atau pemberdayaan masyarakat melalui keluarga sadar gizi.
http://indonesianpublichealth.blogspot.com/2012/10/faktor-penyebab-gizi-buruk.html
0 komentar:
Posting Komentar